Senin, 28 Mei 2012

A.Pendahuluan
1.Riwayat tentang Edward said
Edward Said adalah seorang filsuf yang menjadi perintis studi poskolonialisme.[1] Edward Said adalah seorang keturunan Palestina yang dilahirkan pada tahun 1935. Ia dibesarkan di Kairo, Mesir, di mana ia mendapat pendidikan gaya Inggris. Pada masa kemudian, ia mengecap pendidikan di Universitas Princeton dan Universitas Harvard. Karya Said yang paling terkenal adalah "Orietalisme". Di dalam buku ini, Said, dengan meminjam pendekatan Foucault, membongkar cara pandang dunia Barat atas dunia Timur selama ini yang selalu dalam upaya penguasaan dan penindasan. Penguasaan dunia Barat terhadap dunia Timur terlihat dari cara pandang yang menganggap Timur sebagai "yang lain", baik itu karena bahasa, budaya, tradisi, dan segala hal yang berkaitan dengan dunia Timur. Kemudian tidak berhenti sampai situ, dunia Barat menganggap "lainnya" Timur sebagai sesuatu yang bermutu lebih rendah, sehingga perlu dijadikan sama dengan Barat yang "lebih maju".
Pemikiran Edward Said.
B.pemikiran Edward said tentang orientalisme
Edward Said adalah penulis yang produktif, Ia dikenal sebagai ahli sastra bandingan (comparative literature) di Colombia University. Sebagian besar buku-bukunya berkaitan dengan masalah Timur Tengah, semisal Orientalisme (1978), The Question of Palestine (1979), Covering Islam: How the Media and the Experts Determine How We See the Rest of the World (1981), The Politics of Dispossession (1994), dan Peace and Its Discontents: Essays on Palestine in the Middle East Peace Process (1995). Sedang buku-buku Said lainnya adalah The World, the Text, and the Critic (1983), Nationalisme, Colonialisme, and Literature: Yeats and Decolonization (1988), Musical Elaborations (1991), dan Culture and Imperialisme (1993). Baru beberapa bukunya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia Pada 1984, sekitar 6 tahun sejak kemunculan Orientalisme, penerbit Pustaka di Bandung meluncurkan versi Indonesia dari buku tersebut, hasil terjemahan Asep Hikmat. Hingga kini, buku terjemahan itu telah beberapa kali dicetak ulang. Buku-buku karya Said yang telah diIndonesiakan antara lain Kebudayaan dan Kekuasaan (Mizan, 1995), Covering Islam (Jendela, 2002) dan Out of Place (Jendela, 2002). Ada juga versi Indonesia dari kumpulan ceramah Said di Radio BBC yang diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia (1998) berjudul Peran Intelektual.
(Orientalisme berasal dari kata orient dan oriental sebagai penjelasan tentang Timur. Secara etimologi, berarti “matahari terbit”. Kemudian masuk dalam kosa kata politik melalui orientalisme, yakni sebuah kajian tentang sejarah, sastra dan seni di Eropa yang dipelopori oleh Edward Said. Ia berpendapat bahwa penjajah Eropa memandang Timur sebagai ‘yang lain,’ dalam menjelaskan dirinya. Orientalisme kemudian menjadi ideologi yang menjadikan Barat sebagai pusat dalam relasinya dengan Timur. Hal ini dilakukan untuk menciptakan mitosnya sendiri guna mengesahkan pendudukan negara-negara yang disebut ‘oriental.’ Menurut Said, hal ini berlangsung dengan terciptanya kesepakatan tentang yang ‘lain,’ yakni negara-negara oriental, yang tidak hanya meliputi dunia Barat tetapi juga para pemimpin negara-negara tersebut. Pendidikan, sastra dan seni Barat menjadi dominan karena dominasi ekonomi dan politik oleh negara-negara imperialis. Kekuasaan kemudian berkelindan dalam bahasan utama wacana orientalis yang meneguhkan konsensus terpenting dalam mempertahankan dominasi. Said menjabarkan wacana orientalis bukanlah tentang masa lalu. Ia memperkaya kosa kata politik yang kita gunakan saat ini dalam pengertian kita tentang negara dunia Ketiga).
Pada Abad ke-18 Eropa mulai masuk menembus perekonomian dan politik. Sejalan dengan itu pula, negara-negara Eropa seperti Inggris, Belanda dan Perancis saling berebut tanah kekuasaan di negara-negara yang berpenduduk Islam. Seperti India, dan sebelah selatan timur Asia, termasuk Indonesia. Abad ke-19, adalah abad di mana orientalis mencapai puncaknya dalam membentuk kebudayaan Barat. Orientalis menkaji hampir semua disiplin ilmu seperti eksotika, ekonomi, historis, dan teks politik. Secara umum, orientalis telah berhasil menjadi bagian signifikan dari kemajuan budaya dan peradaban Barat. Kolonialisme dan imperialisme di Indonesia adalah fakta sejarah sekian puluh tahun lalu yang tak bisa dibantah. Kolonialisme pada mulanya adalah penguasaan rempah rempah dan hasil bumi untuk memperkaya negeri penjajah dalam meluaskan kekuasaannya. Inggris, Portugis, Spanyol, Belanda, Perancis adalah sebagian dari negeri penjajah itu. Mereka menjarah dan menguasai. Tak salah jika tujuan penguasaan barat ke timur disimbolkan pertama dengan gold, selain gospel dan glory.
Kebijakan politik etis: edukasi, irigasi, dan transmigrasi, sebetulnya adalah sebentuk hegemoni yang diluncurkan kolonial Belanda untuk meredam bangsa pribumi. Politik etis dirancang agar tingkah laku inlander sesuai dengan apa yang dikehendaki. Selanjutnya, kolonialisme berganti menjadi orientalisme. Tepatnya, orientalisme adalah bentuk halus dari penguasaan gaya baru di jaman yang lebih maju. Edward W Said dalam magnus opus-nya, Orientalisme, menjelaskan tentang bagaimana barat mengatur kehidupan timur dengan melacak akar historis, etnografis, antropologis, bahasa, adat istiadat dan lain-lain, kemudian memberi stereotype terhadapnya.[2] Buku ini secara nyata menunjukkan bahwa Timur yang dikaji adalah hasil dari imajinasi geografis dari Barat sebagai objek pengkaji. Said menyebutnya sebagai Orientalis. dalam konteks keindonesiaan kita menyebutnya sebagai “ketimuran”.
Penguasaan kolonial Belanda dalam Sejarah Indonesia dicatat selama 350 tahun, hal ini membuktikan bahwa masa lalu Indonesia sebenarnya terletak di Belanda. Dengan  teliti dan tekun, Belanda melalui para orientalis dan lembaga lembaga kajian timur secara intensif mengupas dan mempelajari aspek-aspek nusantata. Dalam hal ini Said, menemukan adanya hubungan antara pengetahuan kolonial, yang dilahirkan oleh orientalisme, dengan kekuasaan kolonial di negara-negara koloninya. Pada awalnya orientalisme ini seperti gerakan ilmu pengetahuan biasa yang mengkaji masyarakat, budayanya, struktur bahasanya, dll. Tetapi dalam praktiknya pengetahuan ini digunakan untuk melanggengkan kolonialisme. Bahkan Nyoman Kuta Ratna dalam buku Poskolonialisme[3] Indonesia relevansi sastra menyebutkan 'orientalisme tidak berbeda dengan kolonialisme atau imperialisme itu sendiri'. Kata Said 'orientalisme adalah gaya barat menundukkan timur. Sejarawan, antropolog, sosiolog, sastrawan dan ilmuwan barat dengan kekuatan wacana mengkonstruksi timur sebagai inferior'.[4] Konstruksi itulah yang masih tersisa dari proses pengulang-ulangan pengetahuan tentang 'inferioritas' timur oleh orientalisme dalam bentuk mental Inlander. Kolonialisme membentuk orientalisme ini seperti mengerahkan alam pikir negara kolonial untuk menundukkan warga pribumi yang dikoloni. Mereka memproduksi pengetahuan, kebiasaan-kebiasaan, gaya hidup, dan secara jangka pajang membangun nalar pribumi.
Hal inilah yang ingin dibongkar oleh Said. Meruntuhkan hegemoni teori pengetahuan barat yang ternyata tidak pernah netral, namun memuat struktur ideologi tertentu yang disusupkan dengan data-data  ilmiah. Mungkin Said ingin berpesan bahwa sudah saatnya dunia (kususnya dunia yang dikatakan timur, dunia ketiga atau negara berkembang) membuka mata akan kepalsuan metodologis barat. Dibanding terlalu memuja barat, akan lebih baik meletakkannya dalam persoalan yang lebih kritis.
Dengan dekonstruksi, postkolonialisme menjadi kritik atas “kerangka pikiran” Barat yang mapan, superiorior, maju, beradab terhadap dunia non-Barat yang terbelakang sehingga mesti diarahkan, dicerahkan, diterjemahkan menurut standar “humanisme Barat”. Upaya pem-barat-an ini dilakukan secara lembut, dari kurikulum pendidikan di sekolah hingga narasi ekonomi-politik-globalisasi internasional oleh imperialisme. Eksploitasi intelektual dan mental “Dunia Ketiga” diarahakan dengan sistematis oleh “Dunia Pertama”. Misalnya dengan mengontrol buku teks, majalah, surat kabar, televisi, dan media lainnya. Media Barat mencuci otak negara bekas jajahan. Bagaimana MTv dan pop culture lainnya dengan mudahnya masuk dan melakukan penetrasi ke dalam relung-relung kesadaran anak muda di negara Dunia Ketiga.
Contoh kasus dalam masyarakat Indonesia yaitu hiburan di berbagai media elektronik Indonesia, beberapa tahun terakhir ini berkembang keistimewaan kepada wajah Indo atau campuran. Para artis yang punya wajah indo menjadi idola publik di dunia entertainment. Ini menunjukkan bahwa mentalitas kolonial masih melekat dalam wacana budaya Indonesia.  Selain itu, akhir-akhir ini juga berkembang keistimewaan penguasaan bahasa Inggris ketimbang bahasa lokal ataupun bahasa Indonesia. Kondisi ini pun tidak jauh berbeda dengan zaman kolonial Belanda, di mana bahasa Belanda lebih istimewa dan menunjukkan status sosial dibandingkan bahasa Melayu (Indonesia). Terbukti misalnya menjadi bahan perdebatan di Budi Utomo, apakah setiap pembicaraan formal dalam organisasi mesti menggunakan bahasa Belanda.
Kota besar di Indonesia kini sekolah-sekolah, baik negeri ataupun swasta, berlomba-lomba menjadi sekolah internasional yang menggunakan bahasa Inggris. Alasannya sederhana, anak-anak yang unggul sudah semestinya menguasai bahasa Inggris untuk dapat bersaing di kancah internasional. Mental berikutnya adalah kecenderungan pop culture anak muda, yang mengarah pada music rock, rap, hip metal, punk,  menggunakan pakaian dengan merek internasionalisasi merek seperti Nike, Adidas dan lain sebagainya,  makanan (Coca Cola), nongkrong di kafe, dan gaya hidup kebarat-baratan lainnya.
Pembongkaran bagaimana bekerjanya imperialisme Barat (Eropa dan Amerika) terhadap  dunia Islam, Timur Tengah dan Timur hingga kini misalnya, oleh Edward Said menjadi bukti akan hal ini. Karya besarnya Orientalisme  menunjukkan bagaimana ia men-dekonstruksi perilaku kultural dan epistemologis Barat yang ingin terus menguasai Timur. Kerja keras Said terutama karena upayanya membongkar muatan idiologis di balik konsep Timur atau Orient yang direproduksi oleh Barat.
Menurut Said, “Timur” yang primitif dipakai sebagai cermin untuk membesarkan citra Eropa sebagai pelopor peradaban. Selain itu, mitos dan stereotipe tentang Timur dimanfaatkan sebagai sarana pembenaran Eropa untuk melakukan kolonialisasi: menguasai, menjinakkan, dan mengontrol keberadaan the others. Upaya pelanjangan politik jahat orientalisme yang dilakukan Said merangsang kesadaran baru bagi negara-negara berkembang untuk bangkit melawan. Sejak tahun 80-an para intelektual terlibat dalam diskusi intensif mempertimbangkan gagasan Said yang mengkritik bekerjanya kolonialisme modern.
Study poskolonial dimaknai sebagai suatu perlawanan terhadap dominasi kolonialisme dan warisan kolonialisme. Pada masa ini era globalisasi harus diakui telah membawa pengaruh luar biasa terhadap perkembangan teknologi, tak terkecuali bagi industri komunikasi modern. Dampak-dampak itu adalah subversi kebudayaan dan ideologi Barat. Dampak nyata globalisasi media adalah sistem kepemilikan global yang menjadi tren industri media massa modern. Kekuatan modal asing mampu berpenetrasi dalam struktur media lokal atau nasional yang pada akhirnya berpengaruh pada masalah transmisi kebudayaan global ke tingkat lebih rendah dalam hal ini nasional dan lokal. Ancaman media global tidak berhenti pada masalah sosial politik saja tetapi masuk dalam nilai-nilai budaya masyarakat.
Orientalisme menggabungkan kekuasaan dengan pembentukan ilmu pengetahuan kolonial. Oleh karena kolonialisme adalah pemaksaan kekuasaan secara penuh terhadap tanah jajahan, maka orientalisme melibatkan satu program pembentukan cara pikir yang bukan saja untuk kepentingan kolonial tetapi juga dapat melahirkan ilmu kolonial. Budaya masyarakat jajahan dirancang sedemikian rupa supaya sesuai dengan keinginan penguasa kolonial. Budaya masyarakat di tanah jajahan itu mengikuti skema terori evolusi, dimana budaya masyarakat yang satu dengan yang lainnya dibangun menurut kelas evolusi. Dalam konteks ini budaya nusantara yaitu sebuah entitas yang sangat kecil dilihat sebagai penyerap unsur-unsur budaya yang lebih tinggi dan besar. Dalam hal ini masyarakat sekarang ini adalah bentuk dari penanaman alam pikir kolonial barat, dan lupa akan identitasnya sendiri sebagai masyarakat nusantara.








Dafrat Referensi

Ashcroft, Bill dan Pall Ahluwaliya. 2001. Edward Said. Taylor & Francis e-Library dalam www.literature.routledge.com.

Sarup, Madhan. 2004. “Posstrukturalisme dan Posmodernisme: Sebuah Pengantar Kritis”. Yogyakarta: Jendela. hal 85-86 dalam  www.nasirsiregar.com Nalar dan Praktek Post-kolonial di Indonesia.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. “Post-Kolonialisme Indonesia, Relevansi Sastra”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar,. Hal. 27 dalam  www.carabaca.blogspot.com Sastra Poskolonial, Sastra Pembebasan.
Edward Said 1979. Orientalisme New YorkVintage Books




[1] Bill Ashcroft dan Pal Ahluwalia. 2001.hal 12
[2] Said, Edward. 1979. Orientalism. New York : Vintage Books dalam  www.edelmensch.blogspot.com  diakses 2 Juli 2010
[3] Nyoman Kutha Ratna. 2008. Kolonialisme Indonesia, Relevansi Sastra. Yogyakarta :Pustaka Pelajar,. Hal. 27dalam  Sastra Poskolonial, Sastra Pembebasan 
[4] Nyoman Kutha RatnaSastra Poskolonial, Sastra Pembebasan hal 32

Rabu, 23 Mei 2012

onlinecity: perkebunan karet

onlinecity: perkebunan karet: KARET (HEVEA BRASILIENSIS) II. SYARAT PERTUMBUHAN - Suhu udara 240C - 280C. - Curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun. - Penyinaran mataha...

perkebunan karet


KARET (HEVEA BRASILIENSIS)
II. SYARAT PERTUMBUHAN
- Suhu udara 240C - 280C.
- Curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun.
- Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari.
- Kelembaban tinggi
- Kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas
- Tanah ber-pH 5-6 (batas toleransi 3-8).
- Ketinggian lahan 200 m dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persemaian Perkecambahan
- Benih disemai di bedengan dengan lebar 1-1,2 m, panjang sesuai tempat.
- Di atas bedengan dihamparkan pasir halus setebal 5-7 cm.
- Tebarkan Natural Glio yang sudah terlebih dulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 mg.
- Bedengan dinaungi jerami/daun-daun setinggi 1 m di sisi timur dan 80 cm di sisi Barat.
- Benih direndam POC NASA selama 3-6 jam (1 tutup/liter air).
- Benih disemaikan langsung disiram larutan POC NASA 0,5 tutup/liter air.
- Jarak tanam benih 1-2 cm.
- Siram benih secara teratur, dan benih yang normal akan berkecambah pada 10-14 hss dan selanjutnya dipindahkan ke tempat persemaian bibit.

3.1.2. Persemaian Bibit
- Tanah dicangkul sedalam 60-75 cm, lalu dihaluskan dan diratakan.
- Buat bedengan setinggi 20 cm dan parit antar bedengan sedalam 50 cm.
- Benih yang berkecambah ditanam dengan jarak 40x40x60 cm untuk okulasi coklat dan 20x20x60 untuk okulasi hijau.
- Penyiraman dilakukan secara teratur
3.1.3. Pembuatan Kebun Entres
- Cara penanaman dan pemeliharaan seperti menanam bibit okulasi.
- Bibit yang digunakan dapat berbentuk bibit stump atau bibit polybag.
- Jarak tanam 1,0 m x 1,0 m.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanaman
0-3 th tumpangsari dengan padi gogo, jagung, kedele
> 3 th tumpangsari dengan jahe atau kapulogo
3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Jarak tanam 7 x 3 m (476 bibit/ha)
Lubang tanam :
- okulasi stump mini 60 x 60 x 60 cm
- okulasi stump tinggi 80 x 80 x 80 cm
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Kutu tanaman (Planococcus citri)
Gejala: merusak tanaman dengan mengisap cairan dari pucuk batang dan daun muda. Bagian tanaman yang diisap menjadi kuning dan kering. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona.
b. Tungau (Hemitarsonemus , Paratetranychus)
Gejala; mengisap cairan daun muda, daun tua, pucuk, sehingga tidak normal dan kerdil, daun berguguran. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona

3.5.2. Penyakit
Penyakit yang menyerang bagian akar, batang, daun dan bidang sadap, sebagian besar disebabkan oleh jamur. Penyakit tersebut antara lain :
a. Penyakit pada akar : Akar putih (Jamur Rigidoporus lignosus), Akar merah (Jamur Ganoderma pseudoferrum), Jamur upas (Jamur Corticium salmonicolor),
b. Penyakit pada batang :Kanker bercak (Jamur Phytophthora palmivora), Busuk pangkal batang (Jamur Botrydiplodia theobromae),
c. Penyakit pada bidang sadap : Kanker garis (Jamur Phytophthora palmivora), Mouldy rot (Jamur Ceratocystis fimbriata)
d. Penyakit pada Daun : Embun tepung (jamur Oidium heveae), Penyakit colletorichum (Jamur Coletotrichum gloeosporoides), Penyakit Phytophthora (Jamur Phytophthora botriosa)

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit karena jamur:
- Menanam bibit sehat dan dari klon resisten
- Pemupukan lengkap dan seimbang ( makro - mikro) dengan jenis pupuk, dosis dan waktu yang tepat
- Taburkan Natural Glio sebelum atau pada saat tanam sanitasi kebun
- Pemangkasan tanaman penutup yang terlalu lebat
- Bagian yang terserang segera dimusnahkan
- Penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat tanah
- Pisau sadap steril
- Khusus penyakit embun tepung, daun digugurkan lebih awal dan segera dipupuk nitrogen dengan dosis dua kali lipat dan semprot POC NASA 3-5 tutup/tangki.
Waktu Penyadapan
Sebaiknya penyadapan dilakukan Jam 5.00-7.30 pagi
hari, dengan dasar pemikirannya:
a. Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran
lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel
b. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat
menjelang fajar, kemudian menurun bila hari semakin
siang
c. Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan
baik bila hari sudah cukup terang.
KAKAO (THEOBROMA CACAO)
1. Persiapan Lahan
- Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya
- Gunakan tanaman penutup tanah (cover crop) terutama jenis polong-polongan seperti Peuraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides & C. caeraleum untuk mencegah pertumbuhan gulma terutama jenis rumputan
- Gunakan juga tanaman pelindung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia, tanaman ini ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao (1 : 3)

2. Pembibitan
- Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur
- Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok
- Karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera dikecambahkan
- Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan, dilakukan penyiraman 3 kali sehari
- Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan
- Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag
- Sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag
- Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%
- Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm
- Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak
- Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari
- Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan
- Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2 bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan dengan cara ditugal
- Siramkan POC NASA dengan dosis 0,5 - 1 tutup/pohon diencerkan dengan air secukupnya atau semprotkan dengan dosis 4 tutup/tangki setiap 2-4 minggu sekali
- Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan
- Amati hama & penyakit pada pembibitan, antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal, ulat punggung putih, dan ulat api. Jika terserang hama tersebut semprot dengan PESTONA dosis 6-8 tutup/tangki atau Natural BVR dosis 30 gr/tangki. Jika ada serangan penyakit jamur Phytopthora dan Cortisium sebarkan Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang selama + 1 minggu pada masing-masing pohon

3. Penanaman
a. Pengajiran
- Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm
- Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran selanjutnya
- Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga diperoleh jarak tanam yang sama

b. Lubang Tanam
- Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir musim hujan
- Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang

c. Tanam Bibit
- Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah berumur 1 tahun
- Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan pohon kelapa
- Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan
- Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)

4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
b.Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali.
5. Pengendalian Hama & Penyakit
a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan PESTONA dosis 5 - 10 cc / liter.

b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia spp, semprot PESTONA.

c. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge), serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta. Pengendalian dengan PESTONA.

d. Kutu - kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau PESTONA.

e. Helopeltis antonii, menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan PESTONA dosis 5-10 cc / lt (pada buah terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari ke-7 dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup, sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan buah terserang.

f. Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan, semprot dengan PESTONA.

g. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), gejala serangan dari ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur, semprot dengan Natural GLIO.

h. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang. Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang terserang dengan Natural GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
KOPI ARABIKA (COFFEA ARABICA)
A.    Persiapan lahan
Persiapan lahan dilakukan dua tahun sebelum tanam yang meliputi pekerjaan pendongkelan tanaman asal, pembersihan lahan, pembuatan jalan/saluran air, pembuatan teras, pengolahan tanah dan  penanaman pohon pelindung lamtoro.
B.    Pembibitan
Pembibitan kopi arabika dilaksanakan dengan sistem generatif ataupun vegetatif. Pembibitan generatif dengan menanam biji kopi arabika sesuai varietas yang direkomendasikan antara lain Komposit, USDA, Lini S atau Kate.  Saat ini PTPN XII mulai mengembangkan lagi varietas Blawan Pesumah, Blue Mountain dan Marragogype.
Kopi arabika dapat menyerbuk sendiri, sehingga segregasi biji bisa diminimalkan. Pembibitan secara vegetatif dengan cara stek sambung.  Batang bawah menggunakan kopi robusta BP 308 dengan batang atas komposit atau USDA.
C.  Penanaman
Penanaman tanaman kopi di lapangan dilaksanakan pada saat musim penghujan, umumnya pada  Bulan November- Desember. Jarak tanam tanaman kopi adalah 2,5 x 2 m  dengan populasi 2.000 ph/Ha.
Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan pekerjaan lubang tanam dengan ukuran 60  x 60 x 40 cm. Pekerjaan lubang tanam dilakukan 2 bulan sebelum tanam, kemudian diisi  dengan bahan organik yang sudah mengalami dekomposisi sebanyak 10 kg per lubang.
D.    Pemeliharaan  Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Masa  TBM pada tanaman Kopi Arabika adalah 3 tahun.  Pemeliharaan utama pada masa TBM  ini adalah pengolahan tanah, pengendalian  gulma, pemupukan, pembersihan tunas air, pangkas bentuk dan pengendalian hama dan penyakit.
1.    Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan dua kali setahun menjelang pemupukan. Selain itu perlu dibuat rorak untuk menampung bahan organik seperti pupuk kandang, limbah pangkasan naungan sementara dll. Pada tanah datar ukuran rorak adalah 100 x 30 x 30 cm, sedangkan pada tanah miring dengan 60 x 30 x 30 cm.
Rorak tersebut dibuat setiap tahun selama masa TBM dengan letak berpindah pindah (Misalnya pada TBM 1 letaknya di sebelah utara tanaman maka pada TBM 2 dibuat di sebelah barat dan TBM 3 di sebelah timur).
2.    Pengendalian gulma
Pengendalian gulma pada TBM saat ini menggunakan kimiawi dengan rotasi setahun dilakukan 4 kali.
KELAPA SAWIT (ELAEIS GUINEENSIS JACQ.)
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
2.2. Media Tanam
Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Penyemaian

Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan.
Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90x90 cm.

3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan
Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.
3.4. Hama dan Penyakit
3.4.1. Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR.

b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.

3.4.2. Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.

b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal.